MOST RECENT

Pacaran Itu Nafsu, Bukan Cinta!

Add to Technorati Favorites

gaulislam edisi 221/tahun ke-5 (22 Shafar 1433 H/ 16 Januari 2012)

Waduh, tema pacaran lagi dah. Hehehe.. nggak apa-apa lah. Kan banyak juga yang belum tahu. Bagi kamu yang udah tahu jangan bosen. Saya aja nulisnya ampir bosan. Cuma gimana lagi, dakwah memang begitu. Kita seringkali menyangka bahwa apa yang sudah kita sampaikan secara sering akan mudah dipahami orang. Ternyata nggak. Ada yang memang belum pernah baca, ada yang baru tahu dan belum paham. Banyak alasan. Tetapi yang pasti, pembaca gaulislam setiap pekannya bertambah dan banyak yang baru tahu. Selain itu, karena tak semua bisa mengakses website maka edisi cetak ini jadi andalan mereka untuk mendapatkan informasi. Tak mengapa, yang penting ada beda rasanya dalam setiap edisi yang membahas tema sejenis. Tul nggak?

Oya, mungkin kamu kaget ya dikatain bahwa pacaran itu nafsu, bukan cinta. Padahal, kalo makan saja nggak nafsu kan jadinya nggak enak makan. Hehehe… beda persoalan, Bro en Sis. Ini soal cinta dan nafsu jelas berbeda. Nafsu umumnya cenderung membuat orang ingin melakukan sesukanya, sementara cinta masih berpikir apakah yang dilakukannya benar atau salah menurut aturan yang berlaku, khususnya ajaran agama kita, Islam. Nah, edisi kita kita bakal bahas seputar cinta, nafsu, dan juga pacaran. Yuk ah, tancap gas!

Saat jatuh cinta
Ada sebuah puisi yang pernah diposting seorang anggota milis, jaman saya mengelola milis Majalah Permata antara tahun 2001 hingga 2004. Ini ada penggalan puisinya yang dikirim Astari Sekar Ayu:

Rabbi…/ Aku punya pinta/ Bila suatu saat aku jatuh cinta/ Penuhilah hatiku dengan bilangan cintaMu/ yang tak terbatas/ Biar rasaku padaMu tetap utuh
Pernah jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Pasti senang dong ya. Enak aja bawaannya. Hidup berasa nikmat banget. Rasanya nggak mantep kalo nggak cerita kepada teman-teman kalo kita sedang jatuh cinta. Biar teman-teman juga merasakan apa yang sedang kita rasakan. Bila perlu, kita cerita kepada siapa saja tentang orang yang sedang kita cintai meski orang yang kita cintai itu tak tahu bahwa dia sedang kita cintai. Kita begitu percaya diri dan mulai mencari cara untuk mendekatinya.

Cinta emang selalu menyita perhatian kita. Ada di antara kita yang kemudian bahagia dengan cinta, tapi nggak sedikit yang merana karena cinta. Itu sebabnya, wajar juga kalo novelis Mira W pernah menyampaikan: “Kita boleh hidup dengan cinta, tapi jangan mati karena cinta”. Hmm.. boljug neh pernyataannya. Soalnya banyak juga manusia yang terbius cinta (khususnya cinta kepada lawan jenis, harta, dan juga jabatan) hingga lupa segalanya. Sebab, yang ada dalam benaknya hanyalah cinta, cinta, dan cinta.

Hati-hati dengan cinta buta
Cinta buta adalah cinta yang tak mengikuti aturan Islam. Ia bebas berbuat apa saja. Terumasuk saat orang yang model begitu tuh jatuh cinta, maka ia akan buta dan gelap mata. Berbuat sesukanya dan mencampakkan norma agama.

Ada beberapa kerusakan akibat cinta buta ini (Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam al-Jawabul Kafi Liman Saala’ Anid Dawaaisy-syafi (edisi terj.) hlm, 242-244: Pertama, lupa mengingat Allah. Lebih sibuk mengingat makhlukNya, yakni orang yang dicintainya, misalnya. Jika dia lebih kuat mengingat Allah, insya Allah mengingat makhlukNya jadi terkendali. Tapi jika lebih kuat mengingat makhlukNya, maka mengingat Allah akan dikalahkan.

Kedua, menyiksa hati. Cinta buta, meski adakalanya dinikmati oleh pelakunya, namun sebenarnya ia merasakan ketersiksaan hati yang paling berat.

Ketiga, hatinya tertawan dan terhina. Ya, hatinya akan tertawan dengan orang yang dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, maka ia tidak merasakan musibah yang menimpa. So, ati-ati deh kalo jatuh cinta. Jangan sampe hati kita tertawan dengannya, hingga lupa segalanya.

Keempat, melupakan agama. Tak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan dunia melebihi orang yang sedang dirundung cinta buta. Ia menyia-nyiakan maslahat agamanya karena hatinya lalai untuk beribadah kepada Allah. Kalo ada teman kita ketika jatuh cinta tuh sampe nggak sholat, nggak sekolah, dan nggak belajar, karena cuma mikirin dia, maka itu udah dibilang cinta buta. Jadi, kita kudu ingatkan supaya jangan keterusan.

Kelima, mengundang bahaya. Bahaya-bahaya dunia dan akhirat lebih cepat menimpa kepada orang yang dirundung cinta buta melebihi kecepatan api membakar kayu kering. Ketika hati berdekatan dengan orang yang dicintainya secara buta itu, ia akan menjauh dari Allah. Jika hati jauh dari Allah, semua jenis marabahaya akan mengancamnya dari segala sisi karena setan menguasainya. Jika setan telah menguasainya, maka mana ada musuh yang senang lawannya senang? Semua musuh ingin musuhnya dalam bahaya. Duh, jangan sampe kejadian. Cukup fakta-fakta soal perzinahan dan penularan penyakit seksual itu menjadi perhatian bagi kita untuk nggak melakukan hal yang sama. Naudzubillahi min dzalik.

Keenam, setan akan menguasai. Jika kekuatan setan menguasai seseorang, ia akan merusak akalnya dan memberikan rasa waswas. Bahkan, mungkin tak ada bedanya dengan orgil alias orang gila. Mereka nggak menggunakan akalnya secara layak. Padahal yang paling berharga bagi manusia adalah akalnya yang membedakan ia dengan binatang. So, nggak heran dong kalo banyak yang kejerumus berbuat maksiat karena mikirnya instan banget. Cuma kepikiran enak aja menurut hawa nafsunya. Nggak mikir jauh ke depan: soal dosa dan akibat dosa tersebut.

Ketujuh, mengurangi kepekaan. Cinta buta akan merusak indera atau mengurangi kepekaannya, baik indera suriya (konkret) maupun indera maknawi (abstrak). Kerusakan indera maknawi mengikuti rusaknya hati, sebab jika hati telah rusak, maka organ pengindera lain, seperti mata, lisan, telinga, juga turut rusak. Artinya, ia akan melihat yang buruk pada diri orang yang dicintainya secara buta itu sebagai sebuah kebaikan dan juga sebaliknya.

Tetap iffah selama jatuh cinta
Menurut Hamka, “Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan penghargaan, menguatkan hati dalam perjuangan, menempuh onak dan duri penghidupan.”

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, ada persoalan besar yang harus diperhatikan oleh orang yang cerdas, yaitu bahwa puncak kesempurnaan, kenikmatan, kesenangan, dan kebahagiaan yang ada dalam hati dan ruh tergantung pada dua hal. Pertama, karena kesempurnaan dan keindahan sesuatu yang dicintai, dalam hal ini hanya ada Allah, karenanya hanya Allah yang paling utama dicintai. Kedua, puncak kesempurnaan cinta itu sendiri, artinya derajat cinta itu yang mencapai puncak kesempurnaan dan kesungguhan (al-Jawabul Kafi Liman Saala’ Anid Dawaaisy-syafi (edisi terj.) hlm, 255)

Lebih lanjut Ibnu Qayyim menjelaskan, “Semua orang yang berakal sehat menyadari bahwa kenikmatan dan kelezatan yang diperoleh dari sesuatu yang dicintai, bergantung kepada kekuatan dorongan cintanya. Jika dorongan cintanya sangat kuat, kenikmatan yang diperoleh ketika mendapatkan yang dicintainya tersebut lebih sempurna.”

So, meski kita merasa hidup lebih indah ketika jatuh cinta tapi bukan berarti bebas melakukan apa saja atas nama cinta. Insya Allah saya cukup mengerti dengan kondisi temen-temen remaja. Di usia yang pubertas ini, apalagi ditambah dengan bombardir informasi di media massa yang ternyata lebih banyak menyesatkan ini, akhirnya nggak sedikit yang awalnya berkomitmen untuk tidak mengekspresikan cinta lewat pacaran, tapi ternyata rontok digerus arus informasi dan kehidupan yang rusak. Sebab pernah ada juga teman kita yang berkirim e-mail ke saya bahwa ia awalnya termasuk kuat, bahkan dari kalangan keluarga yang taat beragama, dan punya prinsip nggak akan pacaran sebelum nikah.

But, apa daya, prinsip tersebut akhirnya hilang disapu gemuruh hawa nafsu. Meski tidak sampe kepada perzinahan (setidaknya menurut pengakuannya di e-mail tersebut), tapi dia merasa harus taubat. Alhamdulillah, sikap kawan kita ini patut diteladani. Ngaku salah dan mau memperbaiki diri. Itu sebabnya nih, buat anak cewek, jangan tergoda rayuan cowok. Cuma anehnya meski banyak diwanti-wanti, tetep aja cewek banyak yang tertipu dengan kelihaian rayuan anak cowok. Walah, itu sih cowoknya emang buaya, dan ceweknya ternyata penyayang binatang. Waaah… jadi klop dong?

Jadi, tetep jaga diri, jaga pikiran, dan jaga perasaan ketika jatuh cinta. Jangan nekat mengekspresikannya di jalur yang salah seperti pacaran dan seks bebas. Tetep iffah (jaga kesucian diri) ya. So, kudu ati-ati banget.

Yuk, kita mulai lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Jangan terus main-main dalam masalah seserius ini. Kalo pun kita belum mampu untuk menikah, jangan nekat menikah. Karena pernikahan bukan urusan main-main. Oya, kita pun harus rela untuk membuang jauh-jauh pikiran murah dan murahan tentang “pacaran”. Karena pacaran sebatas penyaluran nafsu belaka, bukan cinta. Bener lho. Soalnya kalo emang cinta nggak bakal memilih pacaran. Pacaran itu maksiat. Jadi, jaga diri hingga saatnya siap untuk menikah.

Bro en Sis, ada baiknya sosialisasi tentang kesucian pernikahan kepada para remaja muslim rasa-rasanya perlu digiatkan terus. Jangan sampe kalah dengan sosialisasi pacaran yang sudah berani melanggar batasan norma masyarakat, dan juga ajaran agama.

Ya, tugas kita adalah belajar Islam dengan benar, memahaminya, dan mengamalkannya dengan berdakwah kepada teman yang lain. Sehingga rahmat Islam tersebar makin luas. Insya Allah. [solihin | Twitter: @osolihin]

2/14/2012 | Posted in , , | Read More »

Sex on Valentine’s Day


Posted in Buletin gaulislam,Tahun V/2011-2012 by Farah Zuhra on the February 13th, 2012

Add to Technorati Favorites

gaulislam edisi 225/tahun ke-5 (20 Rabiul Awwal 1433 H/ 13 Februari 2012)

Saat buletin gaulislam edisi 225 ini terbit, tepat sehari sebelum acara Valentine’s Day digelar banyak orang. Semoga masih bisa menolong kawan-kawan remaja muslim agar tak ikut-ikutan pesta Valentine’s Day yang emang nggak bener menurut syariat Islam. Saya yakin banget kalo media Islam lainnya udah ngasih tahu tentang keharaman bagi kaum muslimin merayakan Valentine’s Day. Silakan surfing di Mbah Google ya. Kamu bakalan nemuin informasi berharga seputar larangan merayakan pesta kaum pagan di masa Romawi Kuno ini. Kalo penasaran, silakan cari dengan keyword: “Hukum merayakan Valentine’s Day” (catatan: saat saya mencarinya pada pukul 06:24 WIB, di hari Jumat 10 Februari 2012, Google menampilkan 167.000 data dalam waktu 0,22 detik).

Ngomong-ngomong soal Valentine’s Day, ternyata tak cuma bicara soal kasih sayang. Nggak. Justru ada anggapan bahwa Valentine’s Day tanpa seks, bagai sayur tanpa garam. Ah, bilang aja pengen ada kebebasan dalam seks. Bahaya banget sobat! Ya, siapa sih yang nggak kenal pesta Valentine? Hajatan ini seolah udah jadi menu wajib sebagian besar muda-mudi sedunia untuk melampiaskan kasih sayangnya dengan gandengan mereka masing-masing. Nggak kecuali di negeri ini. Maklumlah, namanya juga globalisasi. Jarak bukan lagi persoalan. Kamu bisa mengintip belahan dunia lain hanya lewat internet dan televisi yang dibantu satelit. Menjelajah dunia maya bukan berarti cuma dapetin info aja, tapi sekaligus kita jadi memahami budaya mereka., termasuk Valentine’s Day ini.

Pesta Valentine’s Day ini seringkali dijadiin sebagai puncak perwujudan kasih sayang. Katanya sih, kesetiaan dan pengorbanan seseorang bisa diukur dari perhatiannya di acara itu. Kalo misalnya salah satu dari pasangan yang sedang dimabuk cinta itu menolak hadir di acara itu, atau nggak mau terima kado yang diberikan sang pujaan hati, bisa dicap pengkhianat cinta, lho. Halah, lebay banget dah!

Itu sebabnya, setiap pasangan wajib merayakan pesta itu dan menumpahkan kasih sayangnya dengan penuh suka-cita. Apalagi dengan adanya acara yang seolah-olah legal itu, maklum dirayakan di seluruh dunia, teman-teman remaja jadi merasa sah berbuat apapun di ajang itu. Kacau banget kan?

Tapi, apa bener kalo cinta dan kasih sayang di acara Valentine’s Day (VD) tanpa seks tuh garing? Jawabannya tergantung kepada siapa kita bertanya. Kalo bertanya kepada para ‘penjahat kelamin’ pasti jawabannya cinta dan kasih sayang di acara VD tanpa seks nggak seru bin garing. Mereka memang pemuja seks dan apapun yang ada di pikirannya selalu seks dan segala hal berbau seks. Sehingga apapun kegiatannya, selalu dihubungkan dengan seksualitas. Udah gitu, dengan jalan yang haram pula dalam mengekspresikan seksnya. Bahaya!

Atas nama seks
Hmm… jangan bermain api sobat, nanti kebakar sendiri. Awalnya kecil, lama-lama bisa mbleduk, lho. Kasus kebakaran rumah or pasar juga awalnya dari api yang kecil. Tul nggak? Nah, pesta valentine ini bisa dibilang sebagai sarana yang dianggap ‘legal’ untuk menumpahkan kasih sayang. Hati-hati lho, gaul bebas bisa bablas euy! Ujungnya ya bikin bahaya bagi kamu, Bro!
Pernah lho rame diberitain di media massa bahwa ketika usai hajatan Valentine’s Day, ditemukan banyak kondom di sana. Saya pikir kamu cukup cerdas dan bisa menebak apa yang udah terjadi di acara itu (bukan abis niupin balon kan?). Yup, bebas berbuat apa saja termasuk saling ‘menubruk’ dengan pasangannya masing-masing. Dan, siapa tahu malah ada yang eksperimen dengan pasangan yang lain, saling tukar make (emangnya sepatu?). Naudzubillahi min dzalik.

Sobat, tenang en kalem aja. Karena kita yakin kok, bahwa nggak semua remaja tuh bejat banget. Ada yang setengah bejat, hampir bejat, dan mungkin rada alim dan sangat alim. Nggak bisa pukul rata. Masih ada juga kok yang nggak setuju kalo cinta sama dengan seks. Nggak sedikit juga yang mengkritik pesta Valentine yang diisi dengan sex party.

Memang sih kita nggak menutup mata kalo di tengah masyarakat kita, yang muslim sekalipun, masih banyak yang ogah belajar syariat Islam. Aneh kan? Masa agamanya sendiri nggak dijadikan untuk ngatur kehidupannya. Ngawur banget kalo ada remaja muslim yang memilih gaya hidup selain Islam sebagai rujukannya. Itu sebabnya, kita bisa saksikan mereka ikut larut dalam acara Valentine’s Day yang dikemas sedemikian rupa. Diembel-embeli bahwa VD adalah hari kasih sayang dan harus diekspresikan dengan berhubungan seks bebas di acara tersebut. Hah? Jangan mau ditipu, sobat! Gawat, kalo sampe seks pranikah digemari temen-temen remaja.

Hedonisme di tengah kita
Dalam Kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols & Hassan Shadily, “hedonism” diartikan sebagai “Paham yang dianut orang-orang yang mencari kesenangan semata-mata”. Suatu way of life alias jalan hidup yang mengedepankan kesenangan itu, meliputi pola pikir dan perasaan, penampilan lahiriah dan perilaku.

Wah, ini bisa kamu lihat sendiri kenyatannya di lapangan. Banyak lho teman kita yang doyan dugem dan seks bebas. Duit ‘dibuang-buang’ dalam pesta narkoba, miras, dan bahkan seks bebas.

Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, itu sebabnya, dalam masyarakat kita saat ini, hedonisme kemudian dimaksudkan sebagai sikap dan perilaku yang menyukai pemilikan, pemakaian barang-barang atau hal-hal mewah bin mahal sebagai kebutuhan dan perlengkapan hidup sehari-hari demi kepuasan diri, untuk menunjukkan status atau identitas diri. Nah, kalo kini tren-nya bahwa Valentine kudu ngesek juga, maka yang nggak ikutan tren dianggap nggak gaul (logika jongkok tuh!)

Nah, hedonisme yang muncul dalam masyarakat kita memang bukan hanya pemilikan dan pemakaian barang mewah tapi juga penyalahgunaan narkoba (narkotika dan zat berbahaya lainnya), cara bergaul, hubungan seks bebas, biseks dan homoseks seperti kecenderungan sebagian kaum berduit jaman kiwari. Kasihan juga ya?

Bro en Sis, nggak mungkin cinta sehat bisa diraih lewat pacaran atau sekadar diungkapin tulus (ngakunya sih) di acara Valentine. Kamu kudu yakin, bahwa ngadain acara Valentine’s Day bareng pacar kamu bakalan bikin bencana (ane bukan tukang ramal lho). Bukan apa-apa, meningkatkan hubungan cinta kasih dengan pacarmu di hari “kasih-sayang” itu, adalah jalan pintas menuju perzinaan (aduh, moga kuping kamu yang ngerasa langsung merah. Sori, tapi kita kudu nulis begini biar kamu juga ngeh).

Jadi nih, kalo cinta diartiin juga dengan kudu main seks pranikah, itu namanya bukan cinta sehat yang bisa kamu raih, tapi justru cinta yang ternoda. Cinta yang sakit! Itu bukan atas nama cinta, tapi atas nama seks! Ada baiknya inget nih sama pesan Rasulullah saw.melalui sabdanya: “Apabila zina dan riba telah merajalela di suatu negeri, maka rakyat di negeri itu sama saja telah menghalalkan dirinya untuk menerima azab Allah.” (HR ath-Thabrani, al-Hakim dari Ibnu Abbas)

Jangan ikuti budaya jahiliyah
Ada baiknya kamu tahu (bagi yang belum tahu) dan bagi yang udah tahu diingatkan lagi bahwa budaya Valentine’s Day bukan berasal dari ajaran islam. The World Book Encyclopedia, vol. 20 (1993) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day. VD awalnya adalah perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda dan pemudi saling mencari pasangan dengan undian. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, vol. 12, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada tahun 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang mati pada 14 Februari. (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan telah mati pada masa Romawi. Namun demikian, tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Jadi, bagaimana hukum merayakan Valentine’s Day bagi kaum muslimin? Haram! Sebabnya, acara itu bukan ajaran Islam. Inget lho, sabda Rasulullah saw., “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Belum akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta.” Ada orang bertanya, “Ya Rasulullah! Mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab beliau: “Siapa lagi orangnya selain ini?” (HR Bukhari)

Jadi, ati-ati ya. Waspada. Sayangi dirimu. Nggak usah ikut tren rusak deh. Itu cuma bikin kamu lupa diri dan malah jadi pinter ngumbar kebebasan dalam berbuat apa saja tanpa terikat aturan Islam. So, jauhi seks bebas, bubarkan pacaran dan tinggalkan budaya jahiliyah bernama Valentine’s Day! [solihin | Twitter @osolihin]

2/14/2012 | Posted in | Read More »

Parsel Coklat Disisipi Alat Kontrasepsi, Bukti Negara Gagal


Coklat dan makanan olahan dari coklat sering menjadi pernak-pernik dalam perayaan Valentine oleh anak-anak muda. Namun, ada yang memprihatinkan dalam perayaan Valentine, yaitu bukan hanya sekedar coklatnya, melainkan nuansa seks bebas di balik perayaan hari kasih sayang tersebut. Salah satu buktinya adalah adanya parsel coklat yang disisipi alat kontrasepsi.

Anggota Komisi X DPR, Rohmani, menyoroti masalah parsel tersebut yang ditujukan pada generasi muda yang belum menikah. Dalam pernyataannya, Rabu (15/2), ia menilai kenyataan tersebut sebagai bukti kegagalan negara menjaga identitas bangsa.

“Perilaku hubungan seks diluar nikah merupakan budaya impor. Hal ini sangat jauh dari identitas bangsa. Semua agama di negeri ini tidak membenarkan hubungan seks diluar nikah,” katanya. Di samping itu, dia mengatakan pendidikan karakter bangsa yang selama ini digembar-gemborkan pemerintah belum berhasil.

Pendidikan karakter yang dikampanyekan pemerintah, lanjutnya, seharusnya mendekatkan remaja pada budaya dan identitas bangsa. “Negara menghabiskan miliaran rupiah untuk pendidikan karakter. Namun kita tidak melihat hasilnya. Seharusnya, pendidikan karakter itu bisa menangkal budaya permisif yang datang dari barat,” kata anggota Komisi X yang membidangi masalah pendidikan, olahraga, pariwisata dan kebudayaan itu. (republika.co.id, 15/2/2012)

2/14/2012 | Posted in | Read More »

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added