KAJIAN ISLAM2

Pacaran Itu Nafsu, Bukan Cinta!

gaulislam edisi 221/tahun ke-5 (22 Shafar 1433 H/ 16 Januari 2012)Waduh, tema pacaran lagi dah. Hehehe.. nggak apa-apa lah. Kan banyak jug...

14 Feb 2012 / 0 Comments / Read More »
KAJIAN ISLAM

Pacaran Itu Nafsu, Bukan Cinta!

gaulislam edisi 221/tahun ke-5 (22 Shafar 1433 H/ 16 Januari 2012)Waduh, tema pacaran lagi dah. Hehehe.. nggak apa-apa lah. Kan banyak jug...

14 Feb 2012 / 0 Comments / Read More »

Sex on Valentine’s Day

Posted in Buletin gaulislam,Tahun V/2011-2012 by Farah Zuhra on the February 13th, 2012 gaulislam edisi 225/tahun ke-5 (20 Rabiul Awwal 143...

14 Feb 2012 / 0 Comments / Read More »

Kemerdekaan; Disyukuri atau Dirayakan?

Memasuki bulan Agustus, semua lapisan masyarakat ikut ngeramein perayaan HUT kemerdekaan RI. Siswa-siswi ‘playboy’ alias anak-anak TK sibu...

09 Aug 2011 / 0 Comments / Read More »

Kala Cinta Datang Menggoda

Begitu banyak cerita, ada suka ada duka, namun cinta yang kutulis bukan cinta biasa…”Eiit stop dulu ya. Buat kamu yang suka dengan lagu Mb...

09 Aug 2011 / 0 Comments / Read More »

KABAR BERITA

  • Parsel Coklat Disisipi Alat Kontrasepsi, Bukti Negara Gagal

    Read More

  • Khutbah Ramadhan dari Al Quds : Ramadhan ke-Delapan Puluh Setelah Runtuhnya Khilafah

    Read More

  • Kemerdekaan; Disyukuri atau Dirayakan?

    Read More

  • hidup sejahtera dalam naungan khilafah

    Read More

  • darurat Pornografi

    Read More

  • snapshot rimbo bujang maret 2011

    Read More

  • 65 Tahun Indonesia Merdeka: Kata Siapa?

    Read More

  • Konferensi Rajab Kokohkan Tekad Perjuangan Menegakkan Syariah dan Khilafah

    Read More

  • Jumat Pertama Ramadhan: Pasukan India Bunuhi Kaum Muslim Kashmir

    Read More

  • Sikap Ambigu Presiden SBY Soal “Terorisme”, Aneh!

    Read More

Pacaran Itu Nafsu, Bukan Cinta!

gaulislam edisi 221/tahun ke-5 (22 Shafar 1433 H/ 16 Januari 2012)Waduh, tema pacaran lagi dah. Hehehe.. nggak apa-apa lah. Kan banyak jug...

14 Feb 2012 / 0 Comments / Read More »

Instalasi freenas

nsebelum melakukan instalasi FreeNAS versi 7.2 untuk prosesor AMD 64 bit, spesifikasi hardware komputer server yang tersedia di CCROM-SEAP ...

26 Apr 2010 / 3 Comments / Read More »

GALERY

Peserta KMD Rimbo Bujang 2007

Para PEmbina Pramuka pada kursus mahir dasar Pramuka ( KMD ) Ranting Rimbo Bujang sedang menyanyikan Lagu himde satya darma pramuka.Selain ...

25 Jan 2009 / 0 Comments / Read More »

KAJIAN ISLAM

Pacaran Itu Nafsu, Bukan Cinta!

gaulislam edisi 221/tahun ke-5 (22 Shafar 1433 H/ 16 Januari 2012)Waduh, tema pacaran lagi dah. Hehehe.. nggak apa-apa lah. Kan banyak jug...

14 Feb 2012 / 0 Comments / Read More »

Sex on Valentine’s Day

Posted in Buletin gaulislam,Tahun V/2011-2012 by Farah Zuhra on the February 13th, 2012 gaulislam edisi 225/tahun ke-5 (20 Rabiul Awwal 143...

14 Feb 2012 / 0 Comments / Read More »

Kemerdekaan; Disyukuri atau Dirayakan?

Memasuki bulan Agustus, semua lapisan masyarakat ikut ngeramein perayaan HUT kemerdekaan RI. Siswa-siswi ‘playboy’ alias anak-anak TK sibu...

09 Aug 2011 / 0 Comments / Read More »

Kala Cinta Datang Menggoda

Begitu banyak cerita, ada suka ada duka, namun cinta yang kutulis bukan cinta biasa…”Eiit stop dulu ya. Buat kamu yang suka dengan lagu Mb...

09 Aug 2011 / 0 Comments / Read More »

TULISANKU

  • Kunci Ingatan Tajam

    Kunci Ingatan Tajam - Lomba mengingat yang diadakan setiap tahun di London, telah menghasilkan orang-orang dengan daya ingat luar biasa. Pa...

  • Untung-Rugi Hubungan Ekonomi RI-AS

    PengantarKetika Barack Obama, Presiden Amerika Serikat, dikabarkan akan datang ke Indonesia 23-25 Maret 2010 lalu, sontak terjadi perdebata...

  • sahabat-sahabatku

    Ini adalah kisah hidupku bersama sahabat-sahabat setia yang ikut menorehkan sejarah hidup hingga aku terbentuk dan masih berdiri tegap saat...

  • Makna Jaga Diri

    Banyak orangtua yang berpesan kepada anak-anaknya ketika sang anak hendak bepergian untuk pandai-pandai menjaga diri.Namun jaga diri jangan...

|

Kemerdekaan; Disyukuri atau Dirayakan?


Memasuki bulan Agustus, semua lapisan masyarakat ikut ngeramein perayaan HUT kemerdekaan RI. Siswa-siswi ‘playboy’ alias anak-anak TK sibuk berkarnaval dengan baju adat yang berbeda-beda. Remajanya kudu rela ditodong jadi panitia tujuh belasan. Pak RT aja sampe mondar-mandir kayak setrikaan nagih iuran agustusan. Bener-bener nggak boleh ada yang cuek. Huhuy!

Bagi para penjual bendera dan umbul-umbul, bulan ke delapan ini ibarat bulan berkah. Pernak-pernik kemerdekaan mereka tawarkan di pinggiran jalan raya. Ada juga yang keliling kampung bertemankan gerobak usangnya. Satu per satu bendera dengan berbagai ukuran, tongkat, atau kain umbul-umbul yang mereka pajang berpindah ke tangan pembeli. Pokoknya laris manis tanjung kimpul! Padahal di bulan-bulan laen, barang dagangan mereka jarang dilirik lho (karena memang nggak jualan hihihi)

Di ganggang rumah kita, aksesoris perayaan kemerdekaan yang penuh kreasi dan inovasi kian semarak. Tiap rumah kudu masang bendera. Jalanan dibersihkan dan dicat. Gapura yang awalnya kusam, lecek, bin dekil kini tampil lebih menarik setelah dicat. Pinggirannya dihiasi umbul-umbul dan pita dengan paduan warna mencolok. Nggak ketinggalan lukisan yang bernuansa patriotisme juga adakalanya numpang beken melatarbelakangi gapura.
Saking kreatifnya, gelas bekas minuman mineral pun diberdayakan. Mereka digantung terbalik melintangi jalan masuk gang setelah dicat merah-putih. Nasib yang sama juga dialami es mambo yang berwarna-warni kayak pelangi yang biasanya nongkrong dalam kulkas.

Belon lengkap rasanya kalo nuansa ‘independence day’ ini lolos dari otak fulus pengelola pusat perbelanjaan. Yup, jauh-jauh hari mereka udah bikin agenda khusus buat nyambut ajang ini. Setiap sisi mal bertaburan balon, pita, bendera plastik, dan segala aksesoris kemerdekaan. Potongan harga, door prize, hingga pagelaran musik mereka gelar dengan label “Dalam rangka peringatan HUT kemerdekaan” demi mendongkrak penjualan.
Phew! Melototin bentuk partisipasi penduduk negeri ini untuk memeriahkan kemerdekaannya emang capek. Selalu aja ada yang baru, aneh, dan spektakuler. Yang pasti, satu hal yang udah jadi ‘rukun’ dalam setiap bentuk partisipasi itu: kudu meriah euy…!

Satu hari di tanggal keramat
Pagi itu waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Tapi tumben siswa-siswi dari SD, SMP, sampe SMU udah pada baris rapi di lapangan sepakbola di tengah kota. Padahal jam segitu biasanya mereka masih asyik bermesraan dengan bantal guling atau ngecengin serial kartun Goro-Goro. Anehnya lagi, Bapak-Ibu Guru, dan para karyawan instansi pemerintah juga ngikut baris. Coba tebak, mereka lagi ngapain hayo?
Yang pasti mereka bukan lagi pada antri sembako dong. Seratus! Mereka lagi ikut upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus. Lihat saja, pasukan pengibar bendera, baik yang Pusaka maupun yang Ichtra Jaya (eh, sori ini mah nama bis Bogor-Lebak Bulus ya? Hihihi) maksudnya yang biasa, udah siap dari ba’da shubuh tadi. Soalnya mereka yang jadi bintang. Iya dong. Bayangin aja, kalo mereka kebalik masang bendera, bisa jadi perayaan kemerdekaan negara Polandia. Berabe kan?

Selesai upacara, semua peserta yang kepanasan pada bubar tak tentu arah. Para pelajar langsung cabut menuju rumahnya. Biar nggak ketinggalan daftar perlombaan tujuh belasan. Maklum, antusias generasi muda untuk acara tahunan ini ngalahin audisi AFI, Indonesian Idol, KDI, atau Cantik Indonesia. Asli. Mereka bela-belain desak-desakan deh di pintu masuk biar dapet tiket. Sampe rela adu jotos segala. Ih, asal deh. Emangnya mo nonton konser apa? Hehehe…

Tibalah saat yang dinantikan. Dikelompok balita, para peserta lagi sibuk lomba nangkep ikan pake tangan (masa’ iya pake kail?). Yang belasan tahun lagi pada pemanasan sebelum balap karung, balap kelereng, balap makan kerupuk, lomba masukkin jarum ke benang (eh, kebalik ya?), atau ngambil uang pake gigi yang ditempelin di jeruk bali yang berlumuran darah, eh oli. Sementara orang dewasa sebangsa bapak dan ibu juga nggak kalah sibuknya nyusun strategi. Biar menang dalam lomba tarik tambang, bakiak racing, sepakbola pake rok, atau joged dangdut berpasangan sambil menghimpit bola (coba bolanya diganti granat. Seru kali yee…? Hihihi)
Puncak acara siang itu diakhiri lomba panjat pinang yang diikuti cowok-cowok topless alias telanjang dada. Mereka kudu bisa manjat pohon pinang yang penuh dengan lumuran oli biar bisa dapetin hadiah menarik yang digantung di puncak pohon. Ada kaos, payung, buku, minuman, bola, sepeda, sampe duit kontan. Tapi kayaknya, monyet aja ogah kali kalo disuruh ikut. Udah mah licin banget, doi juga bisa minder. Sebab wajah para pesertanya yang dilulur oli nggak kalah cakepnya ama doi. Gubraks!

Lapangan yang tadi pagi dipake upacara, siangnya buat perlombaan, malamnya kudu rela dihiasi panggung pagelaran musik. Buat acara malam kesenian agustusan yang nggak kalah menariknya. Di sini, ada acara pembagian hadiah, live show, dangdutan, sampe tari kreasi. Parahnya, banyak tari kreasi yang ditampilkan grup cewek yang menggoda. Baik dari pakaiannya yang minim, ketat, bin seksi, juga gerakannya yang erotis. Nggak jauh beda ama perilaku bidadut. Udah gitu, para penontonnya juga campur baur laki-perempuan. Malah ada yang mojok juga. Parah pisan euy. Walhasil, ajang independence day ini ditutup dengan acara malam penuh maksiat. Ciloko tenan Rek!

Benarkah kita sudah merdeka?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata merdeka berkaitan dengan penjajahan, berarti lepas dari berbagai bentuk penjajahan dan penghambaan manusia terhadap manusia lainnya, baik penjajahan secara fisik maupun penjajahan dalam bentuk ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Kalo baca definisi di atas, kita tentu yakin sejak dibacakannya teks proklamasi 59 tahun yang lalu, negeri ini udah terbebas dari penjajahan secara fisik. Nggak ada lagi perang, kerja paksa, kerja rodi, romusha, atau meneer Belanda yang sok kuasa. Para penjajah udah tereliminasi dari bumi pertiwi. Sehingga Kikan, vokalis Cokelat dengan lantang bisa menyuarakan “..merah putih teruslah kau berkibar/di ujung tiang tertinggi/di Indonesiaku ini…” Taaarik Maaang!

Cuma yang bikin kita ragu, apa benar negeri ini udah merdeka dalam bentuk ekonomi, sosial, politik, dan budaya?

Soalnya, pemerintahan kita masih betah pake sistem demokrasi sekuler buatan orang kafir Barat yang bertentangan dengan Islam. Padahal mayoritas penduduk negeri ini muslim. Kebijakan ekonomi kita pun kudu tunduk di bawah tekanan lembaga keuangan dunia seperti IMF. Akibatnya sumber daya alam yang melimpah dikeruk seenaknya oleh para investor asing. Seperti yang terjadi pada sumur-sumur minyak negeri kita yang dikuasai perusahaan raksasa minyak asing berjaket Exxon/Caltex, Atlantic Richtfield/Arco, Mobil Oil. ConocoPhilips, British Petroleum dll. Pengusaha asing dapet minyak mentah, kita cuma kebagian minyak jelantah. Walah!

Kondisi ini diperparah dengan mewabahnya sikap individualis di masyarakat kita. Sedikit sekali yang peduli dengan penjajahan budaya Barat yang masuk via media massa. Sampe-sampe multivision plus berani ngajak remaja ‘berzina’ lewat film terbarunya bertajuk ‘Buruan Cium Gue!’. Masyarakat seolah menutup mata dan telinga dengan ancaman seks bebas, budaya permisif, atau gaya hidup hedonis yang tengah membidik remaja. Alamat hancur generasi muda Islam. Betul? Betuuul!

Di tingkat individu muslim, gencarnya opini sekuler via media massa lambat laun mengikis pertahanan akidah mereka. Standar perbuatan halal-haram tergeser oleh asas manfaat. Kebahagiaan hidup diorientasikan hanya kepada perolehan materi sebanyak mungkin dengan gampang. Harga diri dan kemuliaan sebagai seorang muslimah pun rela digadaikan di ajang pencarian bakat yang mengekspos aurat. Gaswat!

Sobat muda muslim, udah deh. Kita jujur aja. Kalo kita memang belon merdeka alias masih dijajah secara pemikiran dan budaya. Demokrasi, privatisasi, sikap individualis, asas manfaat, seks bebas, permisifisme, gaya hidup hedonis, atau budaya populer adalah raport merah peradaban Barat yang sekuler. Sialnya, di negeri kita justru raport merah itu dianggap nilai istimewa. Akhirnya, perlahan-lahan dengan penuh kebanggaan, nilai-nilai itu diperjuangkan, dipertahankan, malah diupayakan agar mampu mewarnai negara, masyarakat, dan teman-teman di sekeliling kita. Hiks…hiks…hiks… Beginilah nasib negara kalah yang terjajah. Dijajah kok bangga?

Mensyukuri kemerdekaan
Sobat muda muslim, nikmat kemerdekaan yang telah diberikan Allah ini udah sepatutnya kita syukuri. Bukan dirayakan. Karena mensyukuri berarti mengharapkan ridho ilahi. Sementara merayakan bisa melenakan dan diridhoi setan alias kufur nikmat. Apalagi dilengkali dengan maksiat. FirmanNya: “Sesungguhnya jika kalian bersyukur pasti kami akan menambahkan nikmat kepada kalian. Jika kalian mengingkari nikmat-Ku sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7)
Sebagai wujud rasa syukur kita kudu kembali kepada Islam dengan segala aturan hidupnya yang mulia. Sebagaimana yang diperintahkan Allah swt.:
íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÏúÎõáõæÇ Ýöí ÇáÓøöáúãö ßóÇÝøóÉð æóáÇó ÊóÊøóÈöÚõæÇ ÎõØõæóÇÊö ÇáÔøóíúØóÇäö Åöäøóåõ áóßõãú ÚóÏõæøñ ãõÈöíäñ
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total. Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (QS al-Baqarah [2]: 208)

Eh, boro-boro bersyukur, malah kejebak dalam kondisi eforia alias hiburan yang kebablasan. Dengan menggelar ajang pesta-pora, hura-hura dan suka-suka yang nggak jelas juntrungannya, tapi jelas asalnya dari budaya Barat. Selain termasuk kufur nikmat, di mana penghargaan kita terhadap perlawanan para pahlawan Islam yang dilakukan Tjut Nyak Dien di Aceh; Sisingamaraja XII di Tapanuli; Patimura di Maluku; Imam Bonjol di Padang; Pangeran Diponegoro di Jateng; atau Panglima Besar Sudirman?

Para pendahulu kita itu tentu menginginkan kemerdekaan yang mereka perjuangkan diisi dengan aktivitas mulia. Melahirkan generasi muda muslim yang berprestasi. Menciptakan karakter remaja yang tangguh dan istiqomah. Sehingga mampu menghadapi penjajahan modern melalui serangan pemikiran dan budaya sekuler Barat. Jangan sampai rantai perjuangan itu terputus. Karena permusuhan orang kafir terhadap Islam, nggak ada matinya. Bahkan mereka “OL” terus! Catet itu.
Itu sebabnya, mari kita perdalam Islam di forum-forum pengajian. Agar tidak terjebak budaya sekuler Barat (termasuk budaya Sosialisme-Komunisme). Kita amalkan syariat Islam dalam setiap aktivitas kita. Biar pola hidup kita nggak ketuker ama pola hidup Barat yang menuhankan hawa nafsu. Kita dakwahkan Islam sebagai ideologi. Supaya kaum muslimin memahami dan meyakini bahwa cuma Islam yang mampu melawan penjajahan fisik, pemikiran, dan budaya orang-orang kafir. Dengan begitu, kita semua bisa bersama-sama berjuang demi kemuliaan Islam melalui tegaknya Khilafah Islamiyah yang bakal ngasih garansi kemerdekaan hakiki negeri ini dan juga negeri muslim lainnya. Khilafah akan membebaskan penjajahan, baik yang bersifat fisik (militer), juga penjajahan dalam bentuk ekonomi, politik, budaya, juga sosial. Mau kan? Kamu harus bin kudu jawab: “Ya…ya…ya…” [hafidz]studia Edisi 208/Tahun ke-5 (16 Agustus 2004)

Posted by Agus Nuryanto on 8/09/2011. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 Komentar for "Kemerdekaan; Disyukuri atau Dirayakan?"

Leave a reply

Blog Archive